Jika Matahari Terbit dari Barat, Begini Akibatnya

Dinamikabengkulu.com-Matahari terbit dari barat diyakini sebagai salah satu tanda kiamat. Ilmuwan membuat simulasi perumpamaan jika Matahari terbit dari arah berlawanan saat ini. Hasilnya, hal-hal ini yang bakal terjadi.

NASA memang pernah menyebut tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat. “Baik NASA maupun organisasi ilmiah lain tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat,” kata Bettina Inclan, Associate Administrator for Communications NASA beberapa waktu silam.

Namun namanya juga simulasi, gunanya adalah untuk memenuhi rasa keingintahuan. Disebutkan bahwa iklim Bumi akan menjadi jauh berbeda jika planet kita berotasi ke arah berlawanan dari biasanya. Demikian menurut sebuah studi yang dilakukan Max Planck Institute for Meteorology di Hamburg, Jerman.

Florian Ziemen, penulis utama studi tersebut dan rekan-rekannya, menjalankan simulasi model komputer selama 7.000 tahun yang membalikkan beberapa proses fisik utama yang dihasilkan dari arah rotasi Bumi yang sebenarnya.

Model tersebut mengungkapkan, Bumi yang berputar mundur dengan fitur yang sangat berbeda, termasuk arus laut yang dialihkan, gelombang cyanobacteria, dan redistribusi tanah gurun seperti Gurun Sahara.

Temuan simulasi Matahari terbit dari barat ini dipresentasikan di General Assembly of the European Geosciences Union (EGU) di Wina, Austria pada 2018.

Dalam simulasi mereka, tim peneliti Ziemen menghentikan semua pergerakan air dan udara, kemudian membalikkan arah gaya Coriolis, menyebabkan sistem bertekanan rendah di belahan Bumi utara berputar searah jarum jam, bukan berlawanan arah jarum jam seperti yang terjadi sekarang.

Jalur harian Matahari juga terbalik dalam model komputer, menyebabkannya terbit di barat dan terbenam di timur. Hasilnya, seperti dikutip dari Weather.com:
1. Cuaca berubah total

Alih-alih mengalir dari barat ke timur, aliran udara pada simulasi terjadi dari timur ke barat. Hal ini membuat iklim di Pantai Timur Amerika Serikat sama dengan Pantai Barat saat ini, dengan kondisi yang lebih beriklim berkat aliran udara terus-menerus ke Laut Atlantik.

Namun, ini menyebabkan musim dingin yang parah di Eropa barat, karena angin membawa udara yang sangat dingin dari Rusia ke wilayah tersebut.

2. Gurun Sahara menghilang

Selain itu, simulasi ini juga memperlihatkan Gurun Sahara menghilang. Wilayah Timur Tengah yang kering kerontang menerima banyak curah hujan. Sebaliknya, AS bagian tenggara dan sebagian besar Brasil dan Argentina berubah menjadi gurun.

Dalam rotasi Bumi normal, daerah tersebut biasanya menerima banyak curah hujan. Berdasarkan simulasi, luas gurun menyusut menjadi 4,2 juta mil persegi lebih sedikit dibandingkan luas gurun Bumi saat ini.

Bumi yang berotasi ke arah sebaliknya juga menampilkan gelombang cyanobacteria di Samudra Hindia bagian utara. Kombinasi dari sirkulasi terbalik ini, dan produksi biologis yang tinggi di wilayah itu, menyebabkan tingkat oksigen yang rendah di kedalaman yang lebih dalam, sehingga mikroorganisme perlu mengkonsumsi nitrat sebagai gantinya.

Karena cyanobacteria tidak membutuhkan nitrat dan air yang dihasilkan memiliki kadar nitrat yang rendah, mungkin saja cyanobacteria menjadi produsen biologis yang dominan melintasi luasnya lautan, di mana air yang kekurangan nutrisi mencapai permukaan.

“Meskipun mekarnya cyanobacteria sering terjadi di Bumi, perkembangan mereka tetap dalam skala yang relatif kecil,” Ziemen mencatat.
3. Kekacauan iklim

Bumi yang berputar mundur mungkin tampak seperti tempat yang lebih baik bagi sebagian orang di wilayah tertentu, terutama daerah gurun. Nyatanya, ini akan menimbulkan kekacauan iklim yang akan merusak, dan mungkin itulah sebabnya disebut sebagai tanda kiamat.

“Jika Anda berada di Eropa barat misalnya, kehidupan terasa jauh lebih baik di Bumi dengan pola rotasi saat ini. Karena dengan arah rotasi berlawanan, wilayah ini akan terasa sangat dingin,” tutup Ziemen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *