Hama Tikus Mengganas, Beberapa  Hektare Sawah Program MT2 di Lebong Gagal Panen

Dinamikabengkulu.com | Lebong_Hama Tikus masih menjadi salah satu hama utama yang menyerang tanaman pangan khususnya tanaman padi, dan meresahkan petani. Tak dipungkiri adanya serangan tikus ini akan menjadikan terganggunya pertumbuhan tanaman padi yang ujungnya akan menjadikan turunnya produksi dan produktivitas padi.

Puncak serangan tikus terjadi saat padi memasuki masa generatif, serangan hama tikus ini bisa menyebabkan gagal panen. Melihat kondisi tersebut, untuk mengamankan produksi padi pada MT 2 tahun 2022 ini harus dilakukan kegiatan gerakan pengendalian tikus.

MT2 Musim Tanam ke-2 Tahun 2022 dapat dipastikan terhambat dan tidak maksimal.Alasannya , pada MT2 kali ini di launching berbarengan dengan musim penghujan, dimana tikus akan berproduksi aktif pada musim ini, musim penghujam merupakan musim kawin.

Seharusnya Pemkab sudah mengantisipasi hal ini dengan melakukan  asuransi pertanian sebelum MT2 di tanam, atau 1 bulan sebelum penanaman dilakukan pendaftaran di gerai AUTP. Program AUTP menjamin jika terjadi gagal panen, petani tak kehilangan daya produktivitasnya. Petani dapat berproduksi lagi sehingga kesejahteraan tetap terjaga. 

Melansir dari laman Kementerian Pertanian berikut ulasannya :

Menteri Pertanian menjelaskan, program AUTP dirancang sebagai wujud perlindungan kepada petani untuk mengantisipasi gagal panen. 

“Pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan iklim dan serangan OPT (Organisme Penganggu Tumbuhan). Agar petani petani tak mengalami kerugian saat gagal panen, saya imbau petani mengikuti program AUTP,” kata Kementan.

Sebagaimana diketahui, program AUTP diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan. AUTP, kata Mentan, merupakan program proteksi bagi petani ketika mengalami gagal panen akibat perubahan iklim maupun serangan OPT. “Ketika mengalami gagal panen, maka petani akan mendapat pertanggungan dari premi yang sudah dibayarkan,” kata Mentan

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, menambahkan, petani tak perlu khawatir ketika mengalami gagal panen jika telah mengikuti program AUTP. Sebab, petani akan mendapatkan pertanggungan sebesar Rp6 juta per musim per hektare ketika mengalami gagal panen. “Pertanggungan yang didapat petani dikeluarkan dari premi yang mereka bayarkan. Jadi, petani tetap dapat mengembangkan kembali budidaya pertanian mereka,”.

Dikatakan, AUTP memberikan perlindungan agar petani tetap memiliki modal untuk memulai kembali usaha pertaniannya, maupun mengembangkannya. “Program AUTP ini sejalan dengan tujuan pembangunan nasional, yakni menyediakan pangan bagi seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor,”.

Menurutnya, program AUTP menjamin jika terjadi gagal panen, petani tak kehilangan daya produktivitasnya. Petani dapat berproduksi lagi sehingga kesejahteraan tetap terjaga. 

Direktur Pembiayaan Ditjen PSP Kementan, Indah Megahwati menjelaskan, Ada beberapa persyaratan jika petani ingin mengikuti program AUTP. Selain membayar premi, Indah menyebut persyaratan lainnya di antaranya petani harus tergabung dalam kelompok tani dan mendaftarkan areal persawahan mereka 30 hari sebelum masa tanam dimulai.

“Selain itu, petani harus membayar kewajiban premi sebesar Rp180 ribu. Namun, petani cukup membayarkan Rp36 ribu per hektare per musim, oleh karena sisanya sebesar Rp144 ribu disubsidi pemerintah melalui APBN,” katanya.

Ada banyak manfaat yang didapat dari program AUTP ini. Program ini juga sebagai upaya penguatan bagi petani dalam mengembangkan budidaya pertanian mereka.

Pengamatan sejumlah media, Selasa, 21/06/2022, ada bebebrapa hektar lahan sawah tersebut sudah mulai digarab kembali oleh petani, lantaran tanaman padi yang mereka tanam pada Musim Tanam (MT2) tahun 2022 gagal panen akibat serangan hama tikus. 

Tikus tidak saja ‘menyerang’ tanaman padi muda, tetapi juga mengoroti tanaman padi yang sudah mendekati masa panen, sehingga petani daerah itu terpaksa membajak kembali sawah mereka untuk menutupi kerugian yang telah dikeluarkan pada masa tanam sebelumnya. 

“Musim tanam tahun ini banyak tanaman padi milik petani gagal disinyalir akan gagal panen panen. Disamping akibat diserang hama tikus, tamanan padi yang sudah mendekati masa panen juga digerogoti hama burung pipit,” kata salah seorang petani di daerah itu. 

Dia mengaku telah berupaya berbagai cara untuk antisipasi serangan hama tikus tersebut, mulai dengan metoda tradisonal hingga menggunakan berbagai macam obat pembasmi tikus dengan harapan hama pengerat itu tidak terus mengigit tanaman padi petani. 

Namun, apa hendak dikata, upaya dilakukan sia-sia. Binatang pengganggu tersebut semakin ganas “menyerang’ sehingga petani tidak dapat mempertahankan lagi tanaman padi yang telah mereka tanam itu dan terpaksa dibajak ulang untuk ditanami benih baru.   

“Mungkin masa tanam kali ini terparah bagi kami jika dibandingkan dengan masa tanam tahun-tahun sebelumnya. Tapi ya sudahlah, kami terpaksa membajak kembali untuk melanjutkan musim tanam tahun ini,” ungkapnya.

 Hal senada di uraikan oleh Camat setempat dan Kepala Desa tempat lahan gagal panen tersebut, Menurut Camat yang juga diamini Kepala Desa, MT2 tahun 2022 , ada bebebrapa persen lahan disatu lokasi itu dianggap gagal namuan telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian setempat dan telah dilakukan cek lapangan.

Menurut camat, MT2 sudah melalui kajian, dan selaku penyedia produksi pertanian, seperti pupuk,bibit dan pengendali hama merupakan wewenang Dinas Pertanian, namun petani dibebani pembelian saja.   

Kades Lima Upit, Beni Farianto berharap  kepada instansi terkait khususnya penyuluhan agar memberi pendampingan pada fase penanaman ulang tersebut. Tujuannya agar tanaman padi yang ditaman petani pada fase kedua ini bisa mendapat hasil maksimal dan selamat dari ancaman hama tikus.

Karena sudah ada bebebrapa persen lahan sawah yang dilakukan penebasan dan dibajak ulang untuk ditananm kembali. Walang Sangit dan Tikus merupakan hama yang susah ditaklukkan ini membutuhkan kajian mendalam untuk mengatasinya.

“Kalau tidak dilakukan, maka bisa kami pastikan akan terjadi gagal panen lagi akibat serangan hama. Kami petani merugi lantaran biaya sudah kami keluarkan mulai dari proses pembajakan, pemeliharan hingga tanaman padi sudah mengeluarkan malai cukup besar,” ucap salah seorang petani dilokasi tersebut. [April W]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *