Sejumlah Tradisi Maulid Nabi di Berbagai Daerah

Dinamikabengkulu.com | Religi-Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini jatuh pada Sabtu (8/10)dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Maulid Nabi yang dikenal sebagai hari merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang selalu digelar setiap 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah ini banyak diperingati dengan berbagai tradisi di daerah yang berbeda.

Pada hakikatnya, tradisi Maulid Nai tidak hanya sekadar pengingat sejarah bagi kaum muslim. Tetapi, juga sebagai pengingat umat Muslim dengan sosok Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi bagi seorang muslim.

Di Indonesia sendiri, umat Islam merayakan Maulid Nabi dengan berbagai cara. Ragam perayaan itu pada umumnya didasarkan pada kebiasaan dan adat istiadat daerah setempat.

Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW mulai berkembang sejak masa Wali Songo. Perayaan itu bertujuan untuk menarik minat masyarakat dalam memeluk agama Islam. Hingga pada akhirnya, tradisi tersebut semakin berkembang sampai sekarang.

Berikut beragam tradisi unik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

1. Kirab Ampyang
Tradisi unik bernama Kirab Ampyang ini berasal dari Desa Loram Kulon di Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Perayaan tersebut digelar dengan arak-arakan tandu yang berisi hidangan nasi yang sudha dibungkus dengan daun jati. Kemudian, dirangkai menyerupai gunungan. Tak hanya nasi, dalam tandu tersebut juga disertai bermacam buah-buahan dan sayuran.
Tandu yang bernama Ampyang tersebut diarak dan didoakan oleh tokoh-tokoh pemuka agama. Lalu, hidangan tersebut dibagi-bagikan kepada warga.

2. Grebeg Maulud

Perayaan tradisi ini sudah ada sejak zaman kesultanan Mataram. Kata “Gerebeg” memiliki arti mengikuti. Secara istilah, artinya mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton kerajaan menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya.

Lalu, pada puncak acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut, diadakan suatu penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud, yaitu iringan gunungan yang akan dibawa ke Masjid Agung.

Di sana, diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagian gunungan akan dibagi-bagikan kepada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan.

3. Muludhen

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW lainnya adalah Muludhen yang kerap digelar oleh warga Pulau Madura, Jawa Timur.

Acara ini biasanya diisi dengan pembacaan riwayat hidup Nabi (barzanji) dan ceramah keagamaan yang juga menceritakan kebaikan Sang Nabi semasa hidupnya.
Yap, tepat pada 12 Rabiul Awal, masyarakat akan banyak berkunjung ke masjid untuk merayakan Maulid Agung.

Saat merayakannya, para perempuan biasanya akan membawa talam yang di atasnya berisi tumpeng yang dikelilingi oleh beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan.

4. Panjang Jimat

Panjang Jimat merupakan tradisi perayaan Maulid Nabi yang dilakukan oleh Keraton Cirebon. Upacara ini akan dihadiri oleh ribuan masyarakat dari berbagai daerah.
Selain itu, peringatan ini juga turut digelar di makam Sunan Gunung Jati.

Makam itu pun akan dipadati oleh orang-orang yang dengan sengaja ingin menghabiskan waktu pada malam Maulid Nabi Muhammad SAW.

5. Bungo Lado

Di Pulau Sumatera, tepatnya di Padang Pariaman, Sumatera Barat, masyarakat di sana juga menggelar perayaan Maulid Nabi yang diberi nama Bungo Lado. Bungo Ladi memiliki arti bunga cabai.

Bungo Lado merupakan pohon hias berdaunkan uang yang biasa disebut pohon uang. Uang kertas dari berbagai nominal ini nantinya akan ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas hias.

Tradisi ini menjadi kesempatan bagiw arga dan perantau untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah itu. Uang yang terkumpul akan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah. Biasanya, tradisi Maulid Nabi ini digelar secara bergantian di beberapa kecamatan.

Jelas sekali, sumbangan Bungo Ladi ini merupakan simbol dari rasa syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada hamba-Nya.

6. Walima

Di antara tradisi-tradisi Maulid Nabi lainnya, Walima menjadi tradisi tua semasa kerajaan-kerajaan islam, yang dilaksanakan secara turun-temurun antargenerasi.
Tradisi Walima ini dilaksanakan di Gorontalo. Diperkirakan, tradisi Walima sudah ada sejak Gorontalo mengenal Islam.

Hingga saat ini, tradisi Walima masih terpelihara dengan baik. Bahkan, setiap masjid di seluruh Gorontalo masih melaksanakan tradisi ini.

Pada tradisi ini, masyarakat muslim menyiapkan kue-kue tradisional, seperti kolomengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun sedemikian rupa dan diarak dari rumah menuju masjid.

Setiap perayaan ini digelar, ratusan warga akan berkumpul dan menunggu di masjid. Mereka sudah siap untuk berebut kue walima yang disediakan ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kue-kue yang diperebutkan atau dibagikan ke masyarakat diharapkan dapat membawa sebuah keberkahan.

7. Ngalungsur Pusaka

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang terakhir adalah tradisi upacara Ngalungsur yang ada di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Tradisi upacara Ngalungsur adalah proses upacara ritual di mana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog atau Kian Santang) dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi setiap setahun sekali.

Ternyata tidak hanya di Garut saja, di tempat lain, seperti Banten juga mengadakan kegiatan yang difokuskan di Masjid Agung Banteng. Demikian pula di tempat-tempat ziarah makan para wali, tradisi ini juga digelar.

Pusaka tersebut dapat dikatakan sebagai simbol perjuangan dan perilaku Sunan Rohmat Suci semasa hidupnya dalam memperjuangkan Islam.

[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *